Panic Buying: Bagaimana Seller Bisa Menghadapinya?

Panic Buying: Bagaimana Seller Bisa Menghadapinya?

Penulis
Danish Syahputra
Tanggal publish
4 September 2025

Fenomena panic buying bukan hal yang baru dalam dunia bisnis, terlebih lagi ketika masyarakat sedang dihadapkan pada situasi krisis. Misal seperti pandemi COVID-19 dan demo yang membuat beberapa komoditas mendadak langka, hingga hari besar atau isu kenaikan harga barang yang pastinya mengakibatkan panic buying

 

Dalam pandangan seller, kondisi ini menjadi peluang sekaligus tantangan yang besar. Di satu sisi, permintaan produk pasti melonjak sehingga penjualan naik drastis. Namun di sisi lain, stok bisa cepat habis, harga yang melambung, hingga pelanggan yang tidak kebagian barang. 

 

Lalu, bagaimana sebenarnya seller sebaiknya menghadapi fenomena panic buying agar bisnis tetap berjalan sehat dan pelanggan tetap puas? Yuk, kita bahas lebih dalam!

Apa Itu Panic Buying?

Panic Buying: Bagaimana Seller Bisa Menghadapinya?

Panic buying adalah kondisi ketika pelanggan membeli barang dalam kuantitas yang berlebihan karena adanya ketakutan atau kecemasan bahwa produk tersebut akan habis atau harganya akan naik drastis. 

 

Biasanya, panic buying dipicu oleh beberapa faktor seperti:

  • Krisis atau bencana (contoh: pandemi, demo, inflasi, atau cuaca ekstrem).
  • Informasi yang beredar di media sosial atau media massa akan kenaikan harga.
  • Faktor psikologis, yaitu rasa takut ketinggalan (fear of missing out).

Contoh paling nyata adalah ketika masyarakat memborong masker di awal pandemi. 

Dampak Panic Buying bagi Seller

Bagai dua sisi mata uang, panic buying mempunyai dua dampak yaitu positif dan negatif yang dapat terjadi kepada seller. Berikut ini penjelasannya: 

  1. Dampak Positif:
    • Penjualan meningkat tajam.
    • Stok lama bisa lebih cepat terjual.
    • Produk jadi lebih dikenal karena dibicarakan banyak orang.

  2. Dampak Negatif:
    • Stok cepat habis sehingga pelanggan lain tidak kebagian.
    • Pelanggan kecewa dan bisa pindah ke kompetitor.
    • Harga yang melonjak bisa menimbulkan kesan tidak etis.
    • Risiko kerugian jangka panjang karena reputasi brand bisa turun.

Karena itu, seller perlu strategi khusus agar tetap bisa mengendalikan situasi.

Cara Seller Menghadapi Panic Buying

Di bawah ini beberapa tips buat kamu para seller dalam menghadapi panic buying, memang tidak akan terjadi setiap hari. Namun, alangkah lebih baik jika sudah tahu cara menghadapinya terlebih dahulu.

1. Kelola Stok dengan Bijak

Seller perlu memastikan stok barang tersedia dalam jumlah yang cukup. Gunakan metode inventory control seperti First In First Out (FIFO) agar stok selalu terpantau dan tidak ada barang yang menumpuk hingga kadaluarsa.

 

Jika memungkinkan, buat safety stock atau buffer stock sebagai cadangan untuk menghadapi lonjakan permintaan mendadak.

 

Baca juga: 5 Cara Menghindari Dead Stock untuk Bisnis Frozen Food

2. Transparan kepada Pelanggan

Saat stok mulai menipis, jangan biarkan pelanggan merasa “dibohongi”. Lebih baik komunikasikan secara jelas:

  • Informasikan jumlah stok yang tersisa.
  • Berikan estimasi kapan stok akan kembali tersedia.
  • Gunakan platform e-commerce atau marketplace untuk menampilkan status stok secara real-time.

Dengan begitu, pelanggan akan lebih menghargai keterbukaan seller.

 

Baca juga: Sudah Belanja? Ini Cara Cek Resi Pengiriman dari Marketplace Populer

3. Batasi Pembelian untuk Satu Akun

Salah satu cara efektif mengatasi panic buying adalah dengan membatasi jumlah pembelian per pelanggan. Misalnya maksimal 2 pcs per akun.

 

Hal ini bukan hanya menjaga ketersediaan barang untuk lebih banyak pelanggan, tetapi juga memberi kesan bahwa seller peduli pada keadilan.

4. Hindari Menaikkan Harga Secara Berlebihan

Memang wajar jika harga naik karena biaya logistik atau bahan baku meningkat. Tapi, menaikkan harga secara ekstrem saat panic buying bisa membuat seller dituduh melakukan eksploitasi situasi.

 

Lebih baik gunakan strategi:

  • Naikkan harga secara bertahap sesuai biaya riil.
  • Tawarkan paket bundling agar pelanggan tetap merasa untung.
  • Berikan promo ongkir atau cashback untuk meredam keluhan.

5. Perkuat Kolaborasi dengan Supplier

Supplier adalah mitra penting untuk memastikan pasokan tetap aman. Saat panic buying, seller harus menjaga komunikasi intens dengan supplier agar stok bisa segera ditambah tanpa menunggu terlalu lama.

 

Bahkan, beberapa seller besar sudah menyiapkan kontrak khusus dengan supplier agar prioritas pengiriman tetap aman saat permintaan melonjak.

 

Baca juga: Langkah-Langkah Memulai Bisnis Supplier Baju dan Tips Suksesnya

6. Gunakan Teknologi untuk Monitoring

Seller bisa memanfaatkan software inventory atau aplikasi kasir digital untuk memantau stok secara real-time. Dengan begitu, seller bisa lebih cepat tahu kapan stok mulai menipis dan langsung melakukan restock.

7. Bangun Kepercayaan melalui Komunikasi

Di era digital, komunikasi dengan pelanggan bisa menjadi penyelamat saat panic buying. Seller bisa:

  • Update kondisi stok lewat media sosial.
  • Kirim notifikasi atau email marketing mengenai ketersediaan produk.
  • Menyediakan customer service yang responsif.

Dengan cara ini, meski pelanggan tidak kebagian stok, mereka tetap merasa dihargai karena seller transparan.

8. Gunakan Jasa Ekspedisi yang Andal

Stok barang mungkin aman, tetapi jika distribusinya lambat, pelanggan tetap kecewa. Maka, penting sekali bekerja sama dengan jasa logistik yang terpercaya.

 

Misalnya, Lion Parcel sebagai mitra ekspedisi yang punya jaringan luas di seluruh Indonesia. Dengan sistem tracking real-time dan layanan pengiriman cepat, seller bisa memastikan produk sampai ke tangan pelanggan tepat waktu meskipun ada lonjakan order.

 

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Lion Parcel (@lionparcelid)

Studi Kasus Panic Buying Dikarenakan Demo

Panic Buying: Bagaimana Seller Bisa Menghadapinya?

Fenomena panic buying bahan makanan beberapa waktu lalu bisa menjadi pelajaran penting. Banyak seller yang justru kehilangan pelanggan karena dianggap menimbun atau menaikkan harga terlalu tinggi.

 

Namun, ada juga seller yang berhasil menjaga reputasinya dengan strategi:

  • Membatasi jumlah pembelian per pelanggan.
  • Mengkomunikasikan stok secara transparan.
  • Bekerja sama dengan jasa pengiriman barang untuk pengiriman lebih cepat.

Hasilnya, meskipun keuntungan jangka pendek tidak sebesar seller lain, mereka justru mendapatkan loyalitas pelanggan jangka panjang.

 

#bisnisUMKM #tipsbisnis
Mau kirim paket tapi males keluar rumah?
Cobain Pick-up sekarang!
logo-btn.png
Kirim sekarang

Lihat promo spesial!

logo-btn.png
Semua promo