Kira-kira kenapa, ya, ada bisnis yang penjualannya meningkat pesat selama bulan Ramadan, tapi ada juga yang malah tertatih-tatih? Siapa sangka, pengaruh ongkir terhadap minat beli pelanggan ternyata punya andil besar, lho! Tarif tinggi berpotensi menghalau pembeli, sedangkan penawaran kreatif bisa jadi solusi.
Pelajari penjelasannya di bawah ini agar bisnis kamu bisa mensiasatinya dengan baik!
Ongkir Mahal Bisa Menyebabkan Keraguan Pelanggan
"Ani akhirnya mendapat tas incarannya, dan tanpa berlama-lama segera tancap gas buat checkout, sebelum sadar kalau ongkirnya luar biasa mencekik. Sontak, Ani pun mengurungkan niatnya." Ini dia salah satu contoh nyata pengaruh ongkir terhadap minat beli.
Nah, sikap yang ditunjukkan Ani di atas sebenarnya berpangkal dari yang namanya “loss aversion”. Gampangnya, loss aversion adalah semacam penolakan secara psikologis untuk berbelanja bila biaya yang harus dibayarkan dianggap memberatkan.[1]
Beda dengan harga produk yang sedikit lebih tinggi (yang biasanya masih bisa dimaklumi dari segi kualitas), ongkir justru jadi seperti pengeluaran tambahan tanpa value lebih. Keraguan pembeli makin menjadi-jadi kalau ongkir lebih mahal dari harga produk, jadinya keputusan belanja terasa tidak bijak lagi.
Perbandingan Ongkir dengan Marketplace Lain
Di era belanja online seperti sekarang ini, pelanggan sudah lebih cerdas. Artinya, bukan rahasia lagi jika pengaruh ongkir terhadap minat beli sangat besar, di mana pelanggan cenderung membandingkan harga produk plus ongkir di berbagai platform sebelum yakin bertransaksi.
Survei Digital Commerce 360 mencatat 16,52% pelanggan percaya kalau ongkir di marketplace tertentu lebih murah daripada di situs lainnya.[2] Jika kompetitor menawarkan produk serupa dengan ongkir lebih hemat, calon pelanggan bisa jadi tak perlu berpikir panjang untuk pindah platform.
Faktanya, 47% pembeli urung memesan produk gara-gara biaya tambahan yang membebani.[3] Bagi pelaku usaha, penting kiranya mempelajari fenomena ini. Pengaruh ongkir terhadap minat beli begitu nyata, sehingga ongkir kompetitif mampu menentukan tingkat penjualan.
Pengaruh Promo Gratis Ongkir
Gratis ongkir juga terbukti mendongkrak penjualan secara drastis. Pengaruh ongkir terhadap minat beli tercermin dalam studi ComScore, yang melaporkan sebanyak 65% transaksi e-commerce pada kuartal keempat tahun 2017 di Amerika Serikat meliputi free ongkir.[4] Selain itu, 48% pelanggan rela melepaskan belanjaan mereka dengan alasan menghemat ongkir.[5]
Tak hanya itu, 81% pembeli bahkan berani melipatgandakan nominal belanja demi memenuhi syarat free shipping.[6] Jujur deh, sebagai pembeli, kamu juga sering belanja di toko tertentu daripada toko-toko lain gara-gara ada penawaran gratis ongkir, kan?
Lihat postingan ini di Instagram
Kecepatan Pengiriman vs Ongkir
Bicara soal pengiriman, kebanyakan pelanggan dibuat dilema antara mengutamakan kecepatan atau menekan pengeluaran. Contohnya, katakanlah kamu perlu beli hadiah ulang tahun dadakan. Dalam kasus ini, bisa jadi kamu bersedia membayar ekstra agar kado sampai di hari yang sama, alih-alih muncul dengan tangan hampa.
Sebaliknya, bagaimana kalau pesan satu stel baju tidur? Umumnya orang-orang tidak keberatan menunggu beberapa hari lagi asalkan bebas biaya pengiriman. Nah, perbedaan ini memperlihatkan secara gamblang pengaruh ongkir terhadap minat beli.
Sebagian pembeli mungkin saja mementingkan faktor kecepatan saat berbelanja kebutuhan mendesak. Namun, banyak juga yang lebih memilih mengirit dana, terutama kalau menyangkut barang-barang yang sifatnya kurang urgent.
Pentingnya Cek Ongkir sebelum Belanja
Pasti banyak dari kita yang pernah mengalami kejadian ini, yakni dibikin shock sama ongkir selangit pas checkout. Itu sebabnya tidak sedikit pelanggan yang proaktif cek ongkir lebih dulu agar terhindar dari kekecewaan.
Sementara itu, transparansi juga memegang peranan penting di sini. Apabila penjual menginformasikan dengan jelas besaran ongkir di awal, kepercayaan pelanggan akan terbangun.
Hal ini erat kaitannya dengan pengaruh ongkir terhadap minat beli. Kalau ongkir terkesan ditutup-tutupi, bukan mustahil pembeli bakal berpaling hati. Sebaliknya, toko yang memperjelas ongkir di awal akan membuat pengalaman berbelanja lebih menyenangkan. Dengan begitu, konversi dan loyalitas akhirnya akan terdongkrak.
Tren Ramadan: Belanja Online Meningkat, Ongkir jadi Faktor Penentu
Selain merupakan momen untuk menunaikan ibadah puasa, Ramadan juga jadi momen belanja akbar. Mulai dari baju baru sampai suguhan khas Idul Fitri, keranjang belanja makin cepat terisi. Faktanya, ada survei yang melaporkan kalau 92% responden mengaku berniat beli sandang selama periode ini.[7]
Namun, ongkir bisa menentukan laku tidaknya jualan di bulan Ramadan. Sebab, barang bagus pun kalah menggoda jika ongkirnya terlampau mahal.
Tapi ada juga faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Jelang akhir Ramadan, volume transaksi akan melonjak. Makin banyak pesanan, makin banyak pula demand kurir. Hal ini bisa berujung pada lambatnya pengiriman.
Karenanya, penjual yang jelas memberitahukan jadwal delivery, lebih-lebih lagi menawarkan opsi pengiriman ekspres, akan lebih unggul bersaing. Pada akhirnya, kepuasan pelanggan tetap terjamin, walau di musim-musim ramai sekalipun!
Apa artinya semua pembahasan tentang pengaruh ongkir terhadap minat beli ini, khususnya di bulan Ramadan, untuk penjual? Simpel saja, bisnis kamu wajib jadi yang terdepan! Pastikan ongkir toko tetap kompetitif. Gunakan cek ongkir Lion Parcel untuk menghitung ongkir dan dapatkan harga terbaik demi kepuasan pelanggan!
